Artikel PENGURUS CABANG MATHLA'UL ANWAR KABUPATEN KUDUS

Bahasa Turki Akan Diajarkan di Sekolah Mathlaul Anwar

 |
Jakarta (SI ONLINE) - Turki sebagai negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang memiliki warisan kebudayaan Islam sangat lengkap, selama ini masih kurang mendapat perhatian dari dunia Islam terutama bahasanya. Sehingga mayoritas umat Islam di dunia yang berjumlah 1,67 miliar tidak memahami bahasa Turki, padahal Kekhalifahan Turki Usmani  pernah menjadi pelindung umat dari kolonialisme dan imperialisme Barat selama hampir 600 tahun.
Hal itu terungkap seusai MoU dalam bidang sosial dan pendidikan antara Mathlaul Anwar dengan Hayrat Foundation Turki di Jakarta baru-baru ini. Mathlaul Anwar diwakili Ketua Umum Pengurus Besarnya KH Ahmad Syadeli Karim Lc, sedangkan Hayrat Foundation Turki diwakili Ketuanya Syekh Bayram Nur Akay.
“Sebagai ormas Islam yang lahir sejak 1916, saat ini Mathlaul Anwar memiliki 2000 sekolah sejak TK, SD, SMP, SMA hingga PT. Karena begitu pentingnya bahasa Turki, maka akan diajarkan di berbagai sekolah Mathlaul Anwar selain bahasa Arab dan Inggris,” ujar KH Ahmad Sadeli Karim Lc.
Dikatakannya, sekarang bahasa Turki telah menjadi bahasa pergaulan  internasional. Bahkan bahasa Turki juga dijadikan bahasa sehari-hari negara Balkan di Eropa Tenggara dan Asia Tengah bekas Uni Soviet yang dulu pernah menjadi bagian dari kekuasaan Kekhalifahan Turki Usmani di Istambul.
Sebelum MoU dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan Simposium Nasional mengenai riwayat perjuangan pahlawan Islam Turki Syekh Badiuzzaman Said Nursi dan membahas kitabnya Risalah An-Nur dengan pembicara Syekh Ali Kurt, seorang tokoh nasional Turki. Sedangkan dari Mathlaul Anwar, dibicarakan mengenai riwayat pendiri Mathlaul Anwar KH Mas Abdurrahman, dengan pembicara Ketua II BIdang Pendidian dan Kebudayaan PB Mathlaul Anwar, Drs Jihaduddin MPd. (*)




Ormas Islam tradisional bangun kerja sama dengan Turki


Mathlaul Anwar  
Sindonews.com - Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Islam tradisional Mathlaul Anwar (MA) bekerja sama dengan Hyrat Fondation, sebuah yayasan pendidikan di Turki. Kerja sama itu dilakukan untuk lebih mengenal ajaran agama yang dibawa Badiuzzaman Said Nursi serta Risalah An-Nurnya dan KH Mas Abdurrahman pendiri Mathlaul Anwar.

Ketua Umum Mathla'ul Anwar KH Ahmad Sadeli Karim mengatakan, khazanah dan warisan pemikiran kedua tokoh pergerakan tersebut sangat penting di tengah perpecahan umat beragama di Indonesia saat ini.

"Badiuzzaman dengan risalah-risalah An-Nurnya adalah bapak spiritual bangsa Turki berjuang menegakkan nilai-nilai keimanan dan Alquran. Beliau muncul di hari-hari terakhir Kekhalifahan Utsmaniyah," ujarnya saat berbincang dengan Sindonews, Kamis (12/1/2012).

Sedang KH Mas Abdurrahman, sebagai salah satu tokoh dan pendiri MA yang lahir di Banten yang menitikberatkan perjuangannya melalui jalur pendidikan dan pengajian-pengajian menyadarkan masyarakat kepada nilai-nilai agama mereka.

"Latar belakang kemunculan dan bentuk perjuangan kedua tokoh tersebut sama, diharapkan terjalinnya berbagai bentuk kerja sama strategis antar kedua organisasi di masa-masa mendatang. Khususnya demi meningkatkan kualitas pelayanan dan kontribusi bagi Islam dan kaum Muslimin di wilayah masing-masing," terangnya.

Dijelaskan, MA merupakan salah satu organisasi Islam tertua setelah Muhamadiyah yang berdiri pada 1916. Melalui kerja sama dalam pendidikan dan kajian ilmiah ini, diharapkan jalinan tali silaturahmi dua ormas besar tersebut dapat terbentuk.

"Kami ingin menggali khazanah dan warisan pemikiran kedua tokoh pergerakan tersebut dan mengimplementasikan ajaran ke dunia dalam kehidupan keseharian," terangnya. (san)

Mathla'ul Anwar Harus Pikirkan Umat dan Bangsa

 
JAKARTA, RIMANEWS - Mathla'ul Anwar merupakan organisasi keagamaan terbesar setelah Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU) yang masih eksis hingga kini. Pada Muktamar ke-18 dan HUT-nya yang ke- 94, peran dan masa depan MA dipertaruhkan. MA harus menjadi motor penggerak umat dan memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.
Karena itu Muktamar yang akan diselenggarakan pada tanggal 16–19 Juli di Anyer-Serang, selain akan memilih pucuk pimpinan baru, menggantikan M. Irsyad Djuwaeli, juga akan membahas program dan masa  depan MA di dalam mensejahterakan umat dan memakmurkan bangsa yang kian tertinggal.
Sebagai organisasi keagamaan, menurut Mohammad Zen, MA yang dalam kepemimpinan Irsyad Djuwaeli selama 20 tahun, tampaknya kian kehilangan daya tariknya dan peranannya dalam membangun masyarakat baik dalam bidang dakwah, pendidikan maupun sosial. Hal ini telah melenceng dari khittah perjuangan MA.
“Sosok Ketua Umum Mathlau’ul Anwar (MA) kedepan mesti yang track record nya teruji dalam berbagai bidang, sehingga MA mampu menjawab tantangan jaman,” Kata Mohammad Zen Pudek FISIP UNMA pada acara Isra Mi’raj di Himpunan Mahasiswa Banten (HMB)-Jakarta. (17/06/2010)
Lebih lanjut menurut Mohammad Zen, proses pemilihan ketua umum MA kali ini merupakan yang paling sengit dan demokratis ditubuh organisasi, sebelumnya ketua umum dihasilkan dari hasil aklamasi. Bahkan, sebagian warga MA mengusung mantan Rektor UIN Jakarta Azyumardi Azra untuk menjadi ketua umum selain Zaenal Abidin dan Ali Nurdin. (iin/17/06/2010)

Mathla’ul Anwar Jaga Kekompakan

CIPOCOK JAYA – Ketua Pe­ngurus Wilayah Mathla’ul Anwar (MA) Provinsi Banten Zaenal Abi­din Syuja’i memastikan bahwa pengurus dan warga Mathla’ul An­war tetap menjaga ke­kompak­an untuk menggerakkan roda organisasi yang konsisten pada aktivitas dakwah, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan.  
“Meski ada pengurus dari ber­bagai partai politik, Mathla’ul An­war tetap solid dengan men­junjung tinggi nilai-nilai si­laturah­im. Dengan soliditas dan tidak ada sekat-sekat perbedaan, maka kami akan fokus mem­berikan kontribusi bagi pem­bangunan Banten khususnya, dan Indonesia secara umum,” ungk­ap Zaenal di sela-sela acara silaturahim dan peresmian sekretariat PW MA Banten di Kam­pung Pemerian, Kelurahan Cilaku, Kecamatan Cipocok Jaya, Sabtu  (1/10).
Acara dihadiri Ketua Umum Pe­ngurus Besar MA Syadeli Ka­rim, pengurus PW MA, Pe­ngurus Daerah MA, perwakilan perguru­an MA di Banten, perwakilan dari Pemprov Banten, Korem, Kejaksa­an Tinggi Banten, ulama, tokoh ma­sya­rakat, dan masya­rakat sekitar.
Setelah memiliki sekretariat yang cukup representatif, lanjut dia, sekretariat akan dimaksimal­kan un­tuk berbagai kegiatan, ter­­masuk kegiatan yang me­libatkan masyarakat. “Sebuah kebanggaan bagi kami karena punya sekretariat hasil dari bantuan Pemprov Banten. Saya atas nama pengurus PW MA mengucapkan terima kasih ke­pada gubernur atas bantuannya. Se­moga perhatiannya terus menerus dan bantuannya bisa meningkat,” ungkap Zaenal.
Pada kesempatan itu, ia juga mengungkapkan keprihatinannya dengan adanya tindakan ke­kerasan yang meng­atasnama­kan agama. “Dakwah itu harus di­laku­kan dengan cara yang santun dan tutur kata yang baik,” kata Zaenal. (yes/ags)

Wawancara dengan Ketua Umum PBMA



Sebagai nakhoda baru di MA, ia akan melaksanakan amanat yang diembankan kepadanya. Tegasnya Khittah MA bukan sekedar diatas kertas melainkan praktik. Itulah penggalan percakapan kami tim buletin Mathla’ul Anwar yang di wakili oleh Dhona El Furqon dengan Ketua PBMA, K.H. Sadeli Karim Lc, 11 April 2011 di kantor PBMA di bilangan Pasar Rebo.

Bisa dijelaskan Mathla'ul Anwar Sebagai organisasi Yang Cukup Tua, Mengapa perkembangan Mathla'ul Anwar meredup ?Mathla'ul Anwar (MA) didirikan pada tahun 1916 di menes, yakni sebuah kampung. Dari awal MA bergerak dalam bidang pendidikan dan membina masyarakat desa. Maka jika kita mengamati di kota-kota, MA jarang ada. Pada masa pendiriannya, Belanda kebanyakan berada di kota maka para pendiri membangun harkat dan martabat mereka di kampung. Mengapa MA tidak perkembangannya tidak sepesat yang lain? katakanlah Muhammadiyah yang sama-sama bergerak di pendidikan, ia berdiri di Yogyakarta yang notabene kota dan Yogya pernah menjadi ibu kota republik. Sementara Nahdlatul Ulama, ia pernah menjadi partai jadi perkembangannya lebih menonjol sehingga kedua organisasi itu dari segi promosi dan kemasyhuran memiliki kelebihan. Hal ini berbeda dengan Mathla'ul Anwar yang berada di Desa. Walaupun MA tersebar di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Lampung sebarannya lebih berada di desa juga. Mungkin juga orang Mathla'ul Anwar terlalu Tawadhu dan rendah hati. Mungkin dulu para pendiri bekerja karena lillahi ta'ala dan tidak mau terekspos lebih jauh. Saya kira itu kenapa Mathla'ul Anwar tidak begitu muncul apalagi mungkin dalam beberapa dasawarsa MA tidak Independen. Artinya MA sebagai ormas tidak independen sehingga menyebabkan organisasi menjadi tenggelam.

Secara Ideologi apa yang membedakan Mathla'ul Anwar dengan organisasi masyarakat Islam yang lain?Saya kira tidak ada perbedaan baik Mathla'ul Anwar NU dan Muhammadiyah adalah adalah Ahlussunnah waljamaah. Perbedaannya pada persepsi pemikiran. Jika NU cenderung tradisional dan dia banyak mengelola pesantren dan dalam hal fiqh lebih dominan Mazhab Syafi'i. Kalau Muhammadiyah lebih non mazhab, artinya mereka lebih memilih mana hadits yang terbaik. Kalau Mathla'ul Anwar mengadopsi mazhab-mazhab yang ada dalam Ahlussunnah wal Jamaah. Jadi warganya dibebaskan dalam memilih mazhab. Meskipun KH Mas Abdurrahman cenderung menggunakan Mazhab Syafi'i dalam prakteknya dan tulisan dalam kitab-kitabnya. Namun ia membebaskan warga-warganya untuk memilih salah satu mazhab dalam Ahlussunnah wal Jamaah. Di sinilah uniknya kenapa orang Mathla'ul Anwar itu bisa dianggap menjadi Muhammadiyah dan bisa menjadi NU. Banyak orang Mathla'ul Anwar artinya dalam arti yang mengenyam pendidikan di Mathla'ul Anwar tapi kemudian ia menjadi tokoh Muhammadiyah dan dan Nahdlatul Ulama. Mengapa ini terjadi? karena MA mengakomodasi seluruh mazhab dengan perbedaanya.

Bagaimana perjuangan Mathla'ul Anwar dalam Bidang Pendidikan?Sejak awal memang Mathla'ul Anwar bergerak dalam bidang pendidikan. Perlu diingat Mathla'ul Anwar adalah ormas yang pertama yang mendirikan sekolah dengan sistem klasikal modern di Indonesia yaitu madrasah. Malahan di tahun-tahun pendiriannya telah mendirikan pendidikan wajib sembilan tahun namanya MWB (madrasah Wajib Sembilan tahun). Jadi sistemnya mulai dari kelas A,B kemudian kelasa satu sampai tujuh. Keluaran kelas tujuh itu, ia sudah dipastikan menjadi guru. Jadi MA memang cenderung kepada pendidikan formal yang menyiapkan murid-muridnya untuk menyebarkan gagasan Mathla'ul Anwar ke berbagai daerah meski itu di pelosok-pelosok. Jadi dari awal memang Mathla'ul Anwar sudah menerapkan sistem pengajaran 75% agama dan 25% umum.

Apakah sistem ini diadopsi dari timur tengah?Ya, mengingat pendidikan K.H Mas Abdurrahman dari Mekah. Masa itu madrasah juga mengajarkan telah mengajarkan pelajaran seperti aljabar dan Hisab dan Mathla'ul Anwar adalah lembaga yang pertama kali mendirikan sekolah klasikal pertama di Indonesia. Berbeda halnya dengan Nahdlatul Ulama yang concern di bidang pesantren, meskipun banyak juga ulama-ulama Mathla'ul Anwar memiliki pesantren. Hal ini lah yang menyebabkan ulama-ulama Mathla'ul Anwar masuk Nahdatul Ulama. Jadi pada waktu Nahdlatul Ulama lahir di Jombang, KH Mas Abdurrahman ia menghadiri pendiriannya dan Muktamar NU pada tahun 1936 dilaksanakan di Menes dan di komplek Mathla'ul Anwar.

Sebagai ketua umum yang baru apa prioritas bapak ke depan dalam membangun organisasi Mathla'ul Anwar?Begini, sejak awal MA bergerak dala 3 bidang, pendidikan, dakwah dan sosial. Pendidikan sekarang memang sudah jalan. Jadi sekarang kita sedang melakukan konsolidasi di 26 wilayah dan 265 kabupaten kota. Kita juga punya perguruan hampir lima puluh dan kita memiliki lebih dari seribu madrasah. Kita ingin konsolidasi ini dengan yang sudah ada terlebih dahulu. Kita akan rawat dan lebih ditingkatkan lagi. Yang kedua adalah Bidang dakwah, hal ini yang dulu digeluti oleh ulama Mathla'ul Anwar dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam hingga ke pelosok. Hal ini dirintis kembali dengan membuka pendidikan untuk dai dan akan menugaskan mereka ke daerah-daerah sebagaimana ulama ulama terdahulu. Di samping itu di bidang sosial, dalam waktu dekat kita akan mengembangan bidang ini. Kita sudah melakukan kerja sama dengan beberapa kementrian untuk membangunmarkas sosial di kawasan Jelambar bekas kantor PBMA terdahulu. Jadi diharapkan ada tempat yang cukup besar untuk menjadi pusat dakwah dan sosial. Sebagaimana visi saya di Muktamar saya ingin Mathla'ul Anwar ke depan menjadi tiga besar di Indonesia, di samping NU dan Muhammadiyah. Alhamdulillah sekarang ini sudah ada kerja sama dalam forum-forum tertentu dengan mereka.

Adakah keinginan untuk menggarap perkotaan untuk dijadikan basis Mathla'ul Anwar?Insya Allah ada keinginan ke arah sana. Sekarang Kantor Pengurus Besar sudah pindah dan agak lebih strategis. Kita sudah melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain agar Mathla'ul Anwar lebih dikenal di kota. Kita juga telah memiliki Universitas Mathla'ul Anwar yang berada di Pandeglang dan mungkin satu-satunya Universitas di Desa yang jumlah mahasiswa cukup banyak. Jadi untuk menggarap wilayah perkotaan bagaimanapun sumber daya yang ada ini harus dibangun terlebih dahulu. Jadi Insya Allah kita akan bangun Universitas-universitas Mathla'ul Anwar di Lampung, di Batam dan di Jawa Barat dan berbagai daerah lainnya. Itu menandakan kita sudah mau memasuki kota

Bagaimana dengan kenetralan Mathla'ul Awar ke depan? Sebenarnya sejak muktamar di Boyolali, MA sudah dinyatakan sudah independen. Ketika itu para pengurus sudah terdiri dari banyak unsur dalam arti dari partai politik. Dan saya bertekad dalam kepemimpinan saat ini, organisasi harus netral dan independen. Artinya organisasi harus menjadi insklusif dan saya juga harus terbuka kepada para pengurus dari partai apapun jika ingin masuk, tapi Mathla'ul Anwar tidak boleh dibawa kepada partai politik dan menjadi kendaraan politik, karena Mathla'ul Anwar adalah orgnanisasi masyarakat bukan organisasi politik. Saya mengatakan dalam pemilukada di Banten bahwa Mathla'ul Anwar tidak akan memberikan dukungan politik kepada siapapun dan partai politik manapun. Jika Mathla'ul Anwar meberikan dukungan politik kepada salah satu pihak maka pengurus yang beragam ini pasti akan protes. Jadi Insya Allah saya akan menjaga kenetralan Mathla'ul Anwar dan saya tegaskan di depan Pelatihan Kader Generasi Muda Mathla'ul Anwar bahwa Mathla'ul Anwar adalah organisasi yang netral.

KH Tengku Zulkarnaen : Umat Kehilangan 'Rasa' Dakwahnya


Pengantar :
Kyai Tengku Zulkarnaen adalah salah satu Kyai yg sedang naek daun di Jakarta, sepintas penampilannya mirip Laskar Jihad, tapi amaliahnya sangat NU (Ahl sunnah wal jamaah) sekali, beliau orang yg sangat berani dan vulgar menyerang radio Dakta Bekasi (Radio yg suka menyerang amaliah wong NU), padahal beliau adalah alumni Arab Saudi, dari beliau saya pernah mendengar bahwa PKS adalah Wahabi terselubung.
KH Tengku Zulkarnaen : Umat Kehilangan 'Rasa' Dakwahnya
Bagi sebagian orang, ulama yang satu ini cukup populer. KH Tengku Zulkarnaen memang mudah dikenali karena kerap mengisi acara ceramah dan siraman rohani di layar kaca.
Gaya bicaranya lugas dan tegas terutama bila menyangkut permasalahan yang tengah dihadapi umat. Maka tidaklah mengherankan ketika Ketua Umum Mathla'ul Anwar ini diminta komentarnya seputar gerakan dakwah di sela Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) beberapa waktu lalu, dengan terus terang, mengemukakan pendapat dan harapannya untuk kemajuan bidang dakwah Islamiyah.
Menurut dosen Fakultas Sastra USU Medan jurusan Lingustik Inggris ini, problem utama dakwah di tanah air, selain masalah rutin semisal lemahnya strategi dan konsep dakwah, adalah kurangnya sifat dakwah pada umat. Padahal kata dia, dakwah bukan cuma tanggungjawab dan urusan ormas Islam dan lembaga formal keagamaan, tetapi juga umat secara keseluruhan.
Inilah yang coba diutarakannya dalam KUII kemarin seraya harapan bahwa fokus dakwah hendaknya juga diarahkan pada upaya penyadaran akan pentingnya menumbuhkan sifat dakwah tersebut. Sebuah upaya yang bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, akan membawa keberhasilan. Berikut petikan wawancaranya:
Apa saja masalah krusial yang dihadapi gerakan dakwah dewasa ini?
Jelas banyak sekali. Mulai dari strategi maupun konsep dakwah yang sekiranya perlu dibenahi, belum tercapainya sinergi antara ormas Islam dan lembaga Islam, dan masih banyak lagi. Namun menurut saya, satu permasalahan terbesar yang kita hadapi adalah hilangnya sifat dakwah dari sebagian umat.
Semua orang Islam wajib berdakwah. Begitu masuk agama Islam, kita wajib menyampikan kebenaran Islam kepada orang lain. Ibarat orang yang selama ini buta, kemudian matanya dioperasi hingga bisa melihat keindahan dunia, terus apa yang harus dia perbuat. dia harus berpikir supaya orang buta dapat dioperasi dan bisa pula menikmati indahnya dunia. Dia dapat berbuat apa saja yang dia bisa lakukan untuk membantu.
Jadi pada intinya dakwah ini beda dengan taklim. Kalau mengajar memang perlu ulama dan orang alim, tapi mengajak orang kepada kebaikan tidak perlu orang alim, asal dia tahu ilmu agama dia bisa memberikan pengetahuannya untuk orang lain pula. Contohnya saja adzan adalah seruan yang sempurna, bolehkah anak kecil mengumandangkan adzan? Jawabannya boleh saja, walaupun dia tidak alim. Dengan begitu Islam dapat membuktikan bahwa dakwah adalah kerja semua umat.
Selama ini telah terjadi salah persepsi di masyarakat mengenai esensi dakwah?
Betul dan itu terjadi karena kita selama ini tidak bisa membedakan dakwah dan taklim tadi. Padahal di masjid Nabi sejatinya ada empat amalan; dakwah, taklim, ibadah, dan hikmat. Intinya kita menggunakan diri dan harta kita untuk sebanyak-banyaknya mengenalkan agama Islam kepada seluruh dunia.
Kta lihat, orang di Eropa kalau sudah masuk Islam, dia akan berubah total. Pribadinya berubah, pakaiannya berubah juga cara bicaranya. Sehingga ketika setiap dia ditanya kenapa berubah, dia akan langsung berdakwah. Islam-lah yang telah mengubah saya. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan dewasa ini kita saksikan percepatan pertumbuhan Islam di Eropa begitu tinggi yang salah satu sebabnya karena setiap orang mendakwahkan agamanya. Di Indonesia tidak. Kita kalau mengajak orang kepada kebaikan seolah malu, kita lebih senang mengajak orang untuk makan siang.
Bagaimana untuk mengubah persepsi itu?
Ya harus terus disadarkan, dan saya kira tidak terlalu sulit. Kita lihat misalnya Jamaah Tabligh di Jakarta, mereka yang mantan pelaku kriminal diberi siraman rohani selama tiga hari, Alhamdulillah selanjutnya orang tadi berubah total dan mengajak yang lainnya untuk masuk ke dalam Islam yang sebenar-benarnya. Sebenarnya tidak terlampau sulit, asal ada niat serta kemauan saja. Makanya kalau setiap umat Islam di Indonesia sudah menjadikan sifat dakwah men



Followers