Home » » Wawancara dengan Ketua Umum PBMA

Wawancara dengan Ketua Umum PBMA



Sebagai nakhoda baru di MA, ia akan melaksanakan amanat yang diembankan kepadanya. Tegasnya Khittah MA bukan sekedar diatas kertas melainkan praktik. Itulah penggalan percakapan kami tim buletin Mathla’ul Anwar yang di wakili oleh Dhona El Furqon dengan Ketua PBMA, K.H. Sadeli Karim Lc, 11 April 2011 di kantor PBMA di bilangan Pasar Rebo.

Bisa dijelaskan Mathla'ul Anwar Sebagai organisasi Yang Cukup Tua, Mengapa perkembangan Mathla'ul Anwar meredup ?Mathla'ul Anwar (MA) didirikan pada tahun 1916 di menes, yakni sebuah kampung. Dari awal MA bergerak dalam bidang pendidikan dan membina masyarakat desa. Maka jika kita mengamati di kota-kota, MA jarang ada. Pada masa pendiriannya, Belanda kebanyakan berada di kota maka para pendiri membangun harkat dan martabat mereka di kampung. Mengapa MA tidak perkembangannya tidak sepesat yang lain? katakanlah Muhammadiyah yang sama-sama bergerak di pendidikan, ia berdiri di Yogyakarta yang notabene kota dan Yogya pernah menjadi ibu kota republik. Sementara Nahdlatul Ulama, ia pernah menjadi partai jadi perkembangannya lebih menonjol sehingga kedua organisasi itu dari segi promosi dan kemasyhuran memiliki kelebihan. Hal ini berbeda dengan Mathla'ul Anwar yang berada di Desa. Walaupun MA tersebar di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Lampung sebarannya lebih berada di desa juga. Mungkin juga orang Mathla'ul Anwar terlalu Tawadhu dan rendah hati. Mungkin dulu para pendiri bekerja karena lillahi ta'ala dan tidak mau terekspos lebih jauh. Saya kira itu kenapa Mathla'ul Anwar tidak begitu muncul apalagi mungkin dalam beberapa dasawarsa MA tidak Independen. Artinya MA sebagai ormas tidak independen sehingga menyebabkan organisasi menjadi tenggelam.

Secara Ideologi apa yang membedakan Mathla'ul Anwar dengan organisasi masyarakat Islam yang lain?Saya kira tidak ada perbedaan baik Mathla'ul Anwar NU dan Muhammadiyah adalah adalah Ahlussunnah waljamaah. Perbedaannya pada persepsi pemikiran. Jika NU cenderung tradisional dan dia banyak mengelola pesantren dan dalam hal fiqh lebih dominan Mazhab Syafi'i. Kalau Muhammadiyah lebih non mazhab, artinya mereka lebih memilih mana hadits yang terbaik. Kalau Mathla'ul Anwar mengadopsi mazhab-mazhab yang ada dalam Ahlussunnah wal Jamaah. Jadi warganya dibebaskan dalam memilih mazhab. Meskipun KH Mas Abdurrahman cenderung menggunakan Mazhab Syafi'i dalam prakteknya dan tulisan dalam kitab-kitabnya. Namun ia membebaskan warga-warganya untuk memilih salah satu mazhab dalam Ahlussunnah wal Jamaah. Di sinilah uniknya kenapa orang Mathla'ul Anwar itu bisa dianggap menjadi Muhammadiyah dan bisa menjadi NU. Banyak orang Mathla'ul Anwar artinya dalam arti yang mengenyam pendidikan di Mathla'ul Anwar tapi kemudian ia menjadi tokoh Muhammadiyah dan dan Nahdlatul Ulama. Mengapa ini terjadi? karena MA mengakomodasi seluruh mazhab dengan perbedaanya.

Bagaimana perjuangan Mathla'ul Anwar dalam Bidang Pendidikan?Sejak awal memang Mathla'ul Anwar bergerak dalam bidang pendidikan. Perlu diingat Mathla'ul Anwar adalah ormas yang pertama yang mendirikan sekolah dengan sistem klasikal modern di Indonesia yaitu madrasah. Malahan di tahun-tahun pendiriannya telah mendirikan pendidikan wajib sembilan tahun namanya MWB (madrasah Wajib Sembilan tahun). Jadi sistemnya mulai dari kelas A,B kemudian kelasa satu sampai tujuh. Keluaran kelas tujuh itu, ia sudah dipastikan menjadi guru. Jadi MA memang cenderung kepada pendidikan formal yang menyiapkan murid-muridnya untuk menyebarkan gagasan Mathla'ul Anwar ke berbagai daerah meski itu di pelosok-pelosok. Jadi dari awal memang Mathla'ul Anwar sudah menerapkan sistem pengajaran 75% agama dan 25% umum.

Apakah sistem ini diadopsi dari timur tengah?Ya, mengingat pendidikan K.H Mas Abdurrahman dari Mekah. Masa itu madrasah juga mengajarkan telah mengajarkan pelajaran seperti aljabar dan Hisab dan Mathla'ul Anwar adalah lembaga yang pertama kali mendirikan sekolah klasikal pertama di Indonesia. Berbeda halnya dengan Nahdlatul Ulama yang concern di bidang pesantren, meskipun banyak juga ulama-ulama Mathla'ul Anwar memiliki pesantren. Hal ini lah yang menyebabkan ulama-ulama Mathla'ul Anwar masuk Nahdatul Ulama. Jadi pada waktu Nahdlatul Ulama lahir di Jombang, KH Mas Abdurrahman ia menghadiri pendiriannya dan Muktamar NU pada tahun 1936 dilaksanakan di Menes dan di komplek Mathla'ul Anwar.

Sebagai ketua umum yang baru apa prioritas bapak ke depan dalam membangun organisasi Mathla'ul Anwar?Begini, sejak awal MA bergerak dala 3 bidang, pendidikan, dakwah dan sosial. Pendidikan sekarang memang sudah jalan. Jadi sekarang kita sedang melakukan konsolidasi di 26 wilayah dan 265 kabupaten kota. Kita juga punya perguruan hampir lima puluh dan kita memiliki lebih dari seribu madrasah. Kita ingin konsolidasi ini dengan yang sudah ada terlebih dahulu. Kita akan rawat dan lebih ditingkatkan lagi. Yang kedua adalah Bidang dakwah, hal ini yang dulu digeluti oleh ulama Mathla'ul Anwar dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam hingga ke pelosok. Hal ini dirintis kembali dengan membuka pendidikan untuk dai dan akan menugaskan mereka ke daerah-daerah sebagaimana ulama ulama terdahulu. Di samping itu di bidang sosial, dalam waktu dekat kita akan mengembangan bidang ini. Kita sudah melakukan kerja sama dengan beberapa kementrian untuk membangunmarkas sosial di kawasan Jelambar bekas kantor PBMA terdahulu. Jadi diharapkan ada tempat yang cukup besar untuk menjadi pusat dakwah dan sosial. Sebagaimana visi saya di Muktamar saya ingin Mathla'ul Anwar ke depan menjadi tiga besar di Indonesia, di samping NU dan Muhammadiyah. Alhamdulillah sekarang ini sudah ada kerja sama dalam forum-forum tertentu dengan mereka.

Adakah keinginan untuk menggarap perkotaan untuk dijadikan basis Mathla'ul Anwar?Insya Allah ada keinginan ke arah sana. Sekarang Kantor Pengurus Besar sudah pindah dan agak lebih strategis. Kita sudah melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain agar Mathla'ul Anwar lebih dikenal di kota. Kita juga telah memiliki Universitas Mathla'ul Anwar yang berada di Pandeglang dan mungkin satu-satunya Universitas di Desa yang jumlah mahasiswa cukup banyak. Jadi untuk menggarap wilayah perkotaan bagaimanapun sumber daya yang ada ini harus dibangun terlebih dahulu. Jadi Insya Allah kita akan bangun Universitas-universitas Mathla'ul Anwar di Lampung, di Batam dan di Jawa Barat dan berbagai daerah lainnya. Itu menandakan kita sudah mau memasuki kota

Bagaimana dengan kenetralan Mathla'ul Awar ke depan? Sebenarnya sejak muktamar di Boyolali, MA sudah dinyatakan sudah independen. Ketika itu para pengurus sudah terdiri dari banyak unsur dalam arti dari partai politik. Dan saya bertekad dalam kepemimpinan saat ini, organisasi harus netral dan independen. Artinya organisasi harus menjadi insklusif dan saya juga harus terbuka kepada para pengurus dari partai apapun jika ingin masuk, tapi Mathla'ul Anwar tidak boleh dibawa kepada partai politik dan menjadi kendaraan politik, karena Mathla'ul Anwar adalah orgnanisasi masyarakat bukan organisasi politik. Saya mengatakan dalam pemilukada di Banten bahwa Mathla'ul Anwar tidak akan memberikan dukungan politik kepada siapapun dan partai politik manapun. Jika Mathla'ul Anwar meberikan dukungan politik kepada salah satu pihak maka pengurus yang beragam ini pasti akan protes. Jadi Insya Allah saya akan menjaga kenetralan Mathla'ul Anwar dan saya tegaskan di depan Pelatihan Kader Generasi Muda Mathla'ul Anwar bahwa Mathla'ul Anwar adalah organisasi yang netral.

0 komentar:

Posting Komentar




Followers